Menyadari citra negatif yang mereka sajikan, para demonstran pun meminta maaf. "Kami meminta maaf atas perilaku kami, tetapi kami terlalu takut," bunyi postingan di saluran pesan yang digunakan oleh pengujuk rasa, yang memperoleh distribusi yang lebih luas di media sosial lainnya.
“Polisi menembak kami, pemerintah mengkhianati kami, institusi sosial mengecewakan kami. Tolong bantu kami," imbuhnya seperti dikutip dari New York Times, Rabu (14/8/2019).
"Mohon terima permintaan maaf kami yang tulus kepada semua pelancong, wartawan pers, paramedis," bunyi posting lain. “Kami akan belajar dari kesalahan kami. Tolong beri kami kesempatan kedua untuk membuktikan diri bahwa kami bisa lebih baik," imbuhnya.
“Kami berharap semua orang, termasuk para pelancong yang datang dan keluar dari Hong Kong, juga akan memahami tekanan, kepanikan, kecurigaan, kegelisahan yang terlibat dalam kerumunan di bandara sejak masuknya kepolisian Hong Kong menyamar sejumlah petugas tertentu. sebagai pengunjuk rasa dengan tujuan membuat mereka ditangkap,” kata Claudia Mo, seorang legislator pro-demokrasi, pada konferensi pers.
Pada hari Rabu pagi, beberapa lusin pengunjuk rasa tetap di bertahan di bandara, duduk di daerah yang ditunjuk untuk protes. Sebagian aula kedatangan masih ditutupi dengan poster yang membawa pesan mereka, yang telah difokuskan dalam beberapa hari terakhir pada keluhan tentang penggunaan kekuatan polisi. "Kami bukan perusuh, kami terlalu mencintai HK," bunyi salah satu poster.
Aksi protes di Hong Kong dimulai atas rencana yang sekarang ditangguhkan untuk memungkinkan ekstradisi ke daratan China. Namun demonstrasi telah berkembang menjadi seruan pemilu langsung dan penyelidikan tentang penggunaan kekuatan polisi terhadap demonstran.