Surabaya, CNN Indonesia -- Dua orang mahasiswa hilang saat pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur pada Sabtu dini hari (17/8). Antara lain Arief Ketua Front Mahasiswa Nasional (FMN) Kota Surabaya dan satu orang berinisial A. Hal itu diungkapkan Ketua Departemen Perempuan FMN Surabaya, Anindya Sabrina.
Anindya mengatakan: "Pukul 02:16 WIB A dan Arief mengantar makanan, setelah makanan diterima mereka langsung diseret dan dimasukkan ke mobil polisi," kata Anindya kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (17/8) pagi.
Dua mahasiswa itu, kata Anin, hanya bermaksud menolong mahasiswa Papua yang kelaparan. Anin menduga kedua rekannya tersebut masih diamankan pihak kepolisian. "Enggak ada kabar sama sekali, yang pasti masih hilang," ujarnya. Kabar hilangnya dua mahasiswa tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Bidang Riset Pengembangan dan Kerjasama Lembaga Bantuan Hukum Surabaya, Sahura.
"Saya coba konfirmasi, saya juga akan ke Mapolrestabes Surabaya menanyakan perihal alasan pengamanan atau penangkapan," ujar Sahura. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera membantah informasi itu. Ia mengaku tidak mendapatkan kabar yang dibeberkan Anindya serta Sahura tentang dua mahasiswa Surabaya yang diduga hilang.
"Hilang-hilang aja itu, enggak ada konfirmasi ke kita, menghilangkan diri kali," kata Barung, saat dikonfirmasi. CNNIndonesia.com telah berupaya menghubungi ke Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sudamiran, melalui sambungan telepon dan pesan. Namun belum ada respons dari yang bersangkutan.
Pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Kota Surabaya, disebut bermula dari peredaran foto bendera merah putih yang rusak di depan asrama tersebut di sejumlah grup WhatsApp. Hal itu diungkapkan oleh salah satu perwakilan organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI) Muhammad yang juga mendatangi asrama tersebut, Jumat (16/8) malam.
"Sang saka merah putih dipatah-patahkan di buang di selokan. Itu saya lihat di grup WhatsApp aliansi pecinta NKRI. Ini saya tunjukkan fotonya," kata Muhammad. Usai mengetahui hal itu, ia bersama sejumlah elemen masyarakat yang lain pun mendatangi asrama dua lantai tersebut. Suasana ricuh pun sempat terjadi.
Sementara itu, Juri Bicara Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Dorlince Iyowau, membantah bahwa pihaknya melakukan perusakan bendera. "Pengerusakan bendera itu tidak benar. Tapi opini yang digiring di luar sana itu kalau kami merusak bendera, itu kami tidak tahu menahu," kata Dorlince kepada CNNIndonesia.com.